Tampilkan postingan dengan label Story. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Story. Tampilkan semua postingan

Senin, 07 Februari 2011

George Müller

Sejarah gereja modern mencatat nama George Müller sebagai tokoh iman yang luar biasa. Melalui hidupnya, karya dan kuasa Tuhan dinyatakan. Pada zamannya, pada abad ke-19, persoalan anak-anak yatim piatu merupakan masalah sosial yang serius di Inggris. Müller memulai karyanya pada April 1836, pada usianya yang ke-30. Ketika itu Müller mulai membangun panti asuhan bagi 30 anak yatim piatu. Tanpa dukungan dana yang tetap, panti asuhan kecil di kota Bristol ini mengundang perhatian banyak orang untuk melihat apakah Tuhan akan membiayai proyek ini. Apa yang terjadi?

Layak ditorehkan dengan tinta emas, selama hidupnya, Müller mendirikan 117 sekolah yang mendidik lebih dari 120.000 anak muda dan yatim piatu. Dan ia tidak menganggap semua ini luar biasa, tetapi semua itu karena ia menerapkan prinsip-prinsip Alkitab. Ia menjadi gembala di Bethesda Chapel di Bristol. Gereja itu memunyai sekitar 2.000 jemaat saat dia meninggal.

Müller lahir pada 27 September 1805 di Kroppenstedt, sebuah desa dekat Halberstadt di Kerajaan Prussia (sekarang Jerman). Pada masa mudanya, ia dikenal sebagai anak nakal, suka pesta pora, mabuk-mabukan, berjudi, mencuri, dan menipu. Ketika ibunya sedang dalam perjuangan antara hidup dan mati, Müller -- saat itu 14 tahun -- sedang bermain kartu sambil bermabuk-mabukan bersama teman-temannya. Dalam bukunya, "Kisah tentang karya Allah dalam kehidupan George Müller", ia menggambarkan hidupnya sebelum bertobat sebagai "cabul dan jahat".

Pertobatan Müller terjadi saat ia berusia 20 tahun, sewaktu ia masih kuliah di Universitas Halle. Di Halle, ia belajar teologi di bawah bimbingan Friedrich Tholuck, dan lulus dengan prestasi yang baik dan pada kemudian hari sanggup berkhotbah dalam tujuh bahasa. Ia juga mengerti dua atau tiga bahasa Timur. Empat tahun setelah pertobatannya, ketika ia berada di Devon selama musim panas tahun 1829, ia bertemu dengan beberapa pendiri gerakan Brethren. Pertemuan inilah yang membawanya pada "pertobatan kedua" yang mengubah pandangan hidupnya. Untuk itu ia bersaksi:

"Aku menjadi percaya kepada Tuhan Yesus pada permulaan November 1825. Selama 4 tahun pertama, sebagai orang Kristen baru aku lemah dalam berbagai hal, namun pada bulan Juli 1829, aku merasakan perubahan total dalam hatiku. Aku menyerahkan seluruh hidupku kepada Tuhan. Kehormatan, kesenangan, uang, kekuatan fisik, kekuatan mental, semuanya kupersembahkan kepada Yesus dan aku menjadi pecinta firman Tuhan. Tuhan menjadi segala-galanya bagiku."

Tahun 1830, Müller muda menikahi Mary Groves dan sekaligus meninggalkan harta duniawi; ia bergantung penuh kepada Tuhan untuk setiap kebutuhannya. Ia menjadi pendeta di suatu gereja kecil di Teignmouth, Inggris dan tidak digaji. Pada tahun 1832, ia pindah ke Bristol, Inggris, untuk menggembalakan gereja lain. Di sinilah pelayanan Müller yang kemudian dikenal di seluruh dunia sebagai "Bapa Yatim Piatu". Pelayanan Müller dan istrinya bagi para yatim piatu dimulai tahun 1836 dengan memakai rumah mereka sendiri di Bristol untuk menghidupi 30 anak perempuan. Tidak lama setelah itu, ia membangun tiga rumah untuk menampung 130 anak-anak. Pada tahun 1845, seiring pertumbuhan pelayanannya, Müller "memimpikan" untuk membangun suatu gedung terpisah yang dapat menampung 300 anak. Baru pada tahun 1849, gedung itu menjadi kenyataan. Di Ashley Down, Bristol, itulah impiannya terwujud. Pada tahun 1870, ia sudah memiliki lima gedung yang menampung lebih dari 2.000 anak.

Untuk semuanya ini, Müller tidak pernah minta bantuan keuangan kepada siapa pun, juga tidak pernah berhutang, padahal lima gedung itu memerlukan biaya sebesar 100.000 poundsterling. Dan itu tidak mudah, bahkan sering kali ia menerima donasi makanan hanya beberapa jam sebelum waktu makan anak-anak. Hal ini semakin menguatkan imannya. Setiap selesai sarapan pagi, selalu ada pembacaan Alkitab dan doa, dan setiap anak diberikan sebuah Alkitab ketika meninggalkan rumah yatim itu. Müller benar-benar mengandalkan iman dan doa.

Menurut Müller, iman yang sejati bukan berarti kita diam. Itu sebabnya ia berkata: "Kalau seseorang tidak berbuat apa-apa pada waktu-waktu krisis, orang tersebut tidak memiliki iman yang benar."

Dalam kesempatan yang lain, ia berkata: "Aku tidak menganggap diriku sanggup mengadakan mukjizat. Aku tidak mau pekerjaan kami dianggap luar biasa atau menarik. Sayang sekali bahwa banyak orang dengan sembrono menganggapnya sebagai mukjizat."

Pada tahun 1871, sebuah artikel di harian "The Times" memuat bahwa sejak 1836, sebanyak 23.000 anak telah dididik di sekolah itu dan ribuan lain telah disekolahkan di sekolah lain. Artikel itu juga menyatakan sebanyak 64.000 Alkitab, 85.000 tulisan, serta 29.000.000 buku rohani telah diterbitkan dan didistribusikan. Selain itu, Müller juga ikut membiayai 150 misionaris.

Pada tahun 1875, pada usia 70 tahun, Müller memulai perjalanan misinya. Selama 17 tahun, ia telah berkhotbah di Amerika, India, Australia, Jepang, Tiongkok, dan kurang lebih empat puluh negara lainnya. Ia telah menempuh perjalanan sejauh 200.000 mil (300.000 km) -- sebuah prestasi yang luar biasa pada waktu itu. Kemampuan bahasa membuatnya dapat berkhotbah dalam bahasa Inggris, Perancis, Jerman, dan khotbahnya telah diterjemahkan ke lebih dari dua belas bahasa lain. Pada 1892, ia kembali ke Inggris dan ia meninggal pada 10 Maret 1898.

Selama hidupnya, Müller telah membangun 117 sekolah yang menampung lebih dari 120.000 anak-anak muda dan para yatim piatu. Ia menjadi gembala gereja Bethesda di Bristol yang memunyai anggota jemaat sekitar 2.000 orang ketika ia meninggal.

Müller adalah salah satu tokoh dengan iman yang patut diteladani. Iman yang betul-betul bergantung sepenuhnya pada Tuhan sebagai sumber kehidupan manusia. Iman yang berdampak besar, tak hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi dunia sekitarnya. Inilah iman yang berdampak pada dunia sampai hari ini.
Dan yang luar biasa, semua itu masih berdampak sampai hari ini. Yayasan George Müller menerima dana dari segala penjuru dunia hampir setiap hari dengan cara yang sama, dengan doa, tanpa mengadakan acara penggalangan dana.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama majalah : Truth (Edisi 16)
Judul asli artikel : George Müller (1085-1898)
Penulis : Tidak dicantumkan
Penerbit : Rehobot Ministry, Jakarta 2009
Halaman : 46 -- 47

Rabu, 05 Januari 2011

Si Ceria dan Si Murung


Ada dua anak bernama Si Ceria dan Si Murung.

Seperti namanya Ceria mempunyai sifat periang, selalu gembira dan tersenyum.

Sebaliknya Murung mempunyai perangai yang cemberut, selalu sedih, dan jarang tersenyum.

Suatu ketika orang tua mereka berpikiran untuk membuat Si Murung tersenyum gembira dan membuat Si Ceria menjadi sedih cemberut dan sedih.

Mereka lalu berpikir untuk memberikan sesuatu yang menjadi kesukaan masing-masing anak.

Si Murung menginginkan telepon genggam.

Selama ini jika pergi dengan teman- temannya sering kali ia meminjam telepon genggam milik temannya.

Orang tuanya membelikan sebuah telepon genggam terbaru supaya dia menjadi senang dan gembira.

Sewaktu Murung pergi sekolah, telepon genggam itu dibungkus oleh orang tuanya dengan kertas kado yang bagus dan diletakkan di kamarnya.

Sepulang sekolah, Murung segera masuk ke kamar dan melihat ada kado di sana.

Cepat-cepat ia membuka kado itu dan ia terkejut sekali ketika mendapatkan di dalamnya berisi telepon genggam.

Wajahnya tersenyum, tapi tidak lama.

Kemudian ia murung lagi karena ia takut kalau-kalau teman-temannya akan meminjam telepon genggamnya lalu menjadi rusak.

Di benaknya selalu muncul pikiran yang negatif, sehingga kado itu menjadi beban baginya. Yang keluar dari mulutnya adalah omelan dan keluhan, bukannya ucapan terima kasih kepada orang tuanya.

Di pihak lain, si Ceria senang sekali dengan kuda. Orang tuanya membungkus kotoran kuda dan diletakkan dalam kamar agar ia menjadi sedih dan murung.

Sewaktu Ceria pulang ia juga terkejut melihat ada kado di kamarnya. Dengan sergap ia membuka pula kado itu.

Betapa terkejutnya ia, ternyata yang didapatkan adalah kotoran kuda berbau busuk.

Mukanya kebingungan sejenak.Tetapi ia segera berpikir, "Ah masa orang tuaku yang begitu mencintaiku memberi aku kotoran kuda, pasti ada sesuatu di balik hadiah ini."

Kemudian ia lari kepada orang tuanya dan mencium mereka.

Orang tuanya sangat bingung dan terkejut kemudian bertanya, "Lho kamu itu diberi kotoran kuda kok senang sih?".

Lalu Ceria menjawab, "Papa, Mama, saya tahu kalian sangat mencintai saya, jadi tidak mungkin memberi kotoran kuda kepada saya, pasti kotoran kuda itu adalah sebuah tanda. Kalau ada kotoran kuda, berarti ada kudanya. Saya tahu bahwa kalian akan membelikan kuda pony buat saya"

*************************************************************************************

Orang yang hidupnya merasa sangat dicintai akan selalu berpikir bahwa ia selalu akan menerima yang terbaik dalam hidupnya, walaupun dalam penderitaan. Sebaliknya orang yang pesimis merasa hidup ini menjadi beban penderitaan yang sangat panjang, sehingga ia selalu gelisah, takut, dan khawatir.

Orang yang hidupnya merasa sangat dicintai, dia tahu bahwa Tuhan tidak akan memberikan segala sesuatu pada kita tanpa berpikir, sebab Tuhan tahu apa yang terbaik bagi kita walau yang nampak pada kita mungkin adalah KOTORAN seperti cerita diatas. Percaya, dan tetaplah berpikir positif dalam segala hal, tidak perlu kuatir sebab Tuhan menyediakan segala sesuatunya yang kita perlukan, Tuhan tahu apa yang terbaik, tanamkan kepercayaan, dan cobalah untuk memandang segala sesuatu dari sudut pandang Tuhan.

Hadiah Cinta Seorang Ibu


"Bisa saya melihat bayi saya?" pinta scorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga!

Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata, "Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh."

Anak lelaki itu tumbuh dewasa. la cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai teman-teman sekolahnya. la juga mengembangkan bakatnya dibidang musik dan menulis. la ingin sekali menjadi ketua kelas. lbunya mengingatkan,"Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?" Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya.

Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya. "Says percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter. Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya pada mereka.

Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, "Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia." kata sang ayah. Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. la pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. la menemui ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. la telah berbuat sesuatu yang besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya."Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu." Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini."

Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah … bahwa sang ibu tidak memiliki telinga. "Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya," bisik sang ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?
"Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun didalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat. Cinta yang sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak diketahui.

Permainan Kentang

Thursday, 12 January 2006
Ada sebuah TK (Taman Kanak-kanak). Pada suatu hari, guru TK tersebut mengadakan "permainan". Ia menyuruh anak-anak muridnya membawa kantong plastik transparan 1 buah dan kentang. Masing-masing kentang tersebut diberi nama berdasarkan nama orang yang dibenci, sehingga jumlah kentangnya tdak ditentukan berapa. Tergantung jumlah orang-orang yang dibenci. 
Pada hari yang disepakati, masing-masing murid membawa kentang dalam kantong oplastik. Ada yang berjumlah 2, ada yang 3, bahkan ada yang 5. Seperti perintah guru tiap-tiap dari kentang mereka diberi nama sesuai nama orang yan dibenci. Murid-murid harus mambawa kantong plastik berisi kentang tersebut kemana saja mereka pergi bahkan ke toilet sekalipun selama 1 minggu. 

Hari berganti hari kentang-kentang pun mulai membusuk, murid-murid mulai mengeluh, apalagi yang membawa 5 buah kentang. Selain berat, baunya juga tidak sedap. Setelah 1 minggu, murid-murid TK tersebut merasa lega karena penderitaan mereka kan segera berakhir. 

Guru bertanya, "bagaimana rasanya membawa kentang selama 1 minggu?" maka keluarlah keluhan murid-murid TK tersebut, pada umumnya mereka tidak merasa nyaman harus membawa kentang-kentang busuk tersebut kemanapun mereka pergi. Lalu guru tersebut pun menjelaskan apa arti dari "permainan" yang mereka lakukan. 

Guru tersebut menjelaskan, "Seperti itulah kebencian yang selalu kita bawa-bawa apabila kita tidak bisa memaafkan orang lain." Sungguh sangat tidak menyenangkan membawa kentang busuk kemanapun kita pergi. Hanya 1 minggu begitu berat rasanya, bagaimana jika kita membawa kebencian itu seumur hidup? Alangkah tidak nyamannya. Bukankah kasih sayang lebih indah daripada rasa benci dan dendam?

Iman yang tidak percaya....

Cerita ini baik sekali untuk di renungkan.......
Ada seorang pemuda yang lama sekolah di negeri paman Sam kembali ke tanah air. Sesampainya dirumah ia meminta kepada orang tuanya untuk mencari seorang Guru agama, pendeta atau siapapun yang bisa menjawab 3 pertanyaannya. Akhirnya orang tua pemuda itu mendapatkan orang tersebut.

Pemuda: Anda siapa? Dan apakah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?

Pendeta: Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan anda

Pemuda: Anda yakin? Sedang Profesor dan banyak orang pintar saja tidak mampu menjawab pertanyaan saya.

Pendeta: Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya

Pemuda: Saya punya 3 buah pertanyaan
1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukkan wujud Tuhan kepada saya
2. Apakah yang dinamakan Takdir?
3. Kalau setan diciptakan dari api kenapa dimasukkan ke neraka yang dibuat dari api, tentu tidak menyakitkan buat setan sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?

Tiba-tiba Pendeta tersebut menampar pipi si Pemuda dengan keras.

Pemuda (sambil menahan sakit) : Kenapa anda marah kepada saya?

Pendeta: Saya tidak marah...Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 buah pertanyaan yang anda ajukan kepada saya.

Pemuda: Saya sungguh-sungguh tidak mengerti

Pendeta: Bagaimana rasanya tamparan saya?

Pemuda: Tentu saja saya merasakan sakit

Pendeta: Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?

Pemuda: Ya

Pendeta: Tunjukan pada saya wujud sakit itu

Pemuda: Saya tidak bisa

Pendeta: Itulah jawaban pertanyaan pertama: kita semua merasakan keberadaan Tuhan tanpa mempu melihat wujud-Nya.

Pendeta: Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?

Pemuda: Tidak

Pendeta: Apakah pernah terpikir oleh anda akan menerima sebuah tamparan dari saya hari ini?

Pemuda: Tidak

Pendeta: Itulah yang dinamakan Takdir

Pendeta: Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?

Pemuda: Kulit

Pendeta: Terbuat dari apa pipi anda?

Pemuda: kulit

Pendeta : Bagaimana rasanya tamparan saya?

Pemuda: sakit

Pendeta: walaupun Setan terbuat dari api dan Neraka terbut dari api, jika Tuhan berkehendak maka Neraka akan menjadi tempat menyakitkan untuk setan.